4.28.2011
DARI SUNYARAGI BISA KE MEKAH
CIREBON… I’m Melting!
KATAMAN
Alhamdulillah-nya saya masih diberi kesempatan untuk mampir lagi ke Bali sendiri. Sekedar untuk main-main juga saya sempatkan ke Setia Darma. Suasana yang masih sama seperti ketika dulu saya berkunujung pertama kali. Saya juga diberi kesempatan untuk bertemu langsung dengan Pak Prayit. Namun, untuk kunjungan yang terakhir saya salut uat Mas Andang yang dia menggunakan salah satu pendopo kecil dikomplek itu untuk tempat belajar bagi anak-anak di sekitar Setia Darma.
Akhirnya, mengejar cerita Panji di Bali saya cukupkan, walau masih mungkin banyak yang tersimpan dalam lembaran-lembaran lomtar yang bersemayam pada puri-puri di penjuru Bali.
Sekedar ingin ikut-ikut tradisi para pujangga keraton; kalau nulis karya terus belakangnya dibubuhi tanggal penyelesaian. Karangan ini berakhir pada tanggal;
Senin, 22 Jumadal Ula 1432 H,
Wage, 22 Jumadil Awal 1944 Be.
4.20.2011
JOKO KEMBANG KUNING (EPISODE IV)
Kabar hilangnya Dewi Sekartaji tersebar hingga keluar dari tembok kedaton. Seluruh punggawa dan teliksandi kerajaan dikerahkan, begitupun dengan Raden Gunungsari adiknya tidak mau tinggal diam sementara kakaknya menghilang dari kedaton. Lama dicari hingga akhirnya wakil raja, Patih Aryadeksa memutuskan untuk mengadakan sayembara bahwa siapa saja yang mampu menemukan kembali Dewi Sekartaji, apabila ia pria maka akan dinikahkannya, dan apabila perempuan akan diangkat menjadi saudaranya. Berita sayembara tersebar keseluruh nusantara, maka tentunya Raden Panji Asmarabangun juga Prabu Klana ikut serta dalam sayembara itu.
Lalu diceritakan Raden Panji Asmarabangun menyamar sebagai rakyat dengan nama Joko Kembang Kuning, begitupun kedua punakawannya; Jarodheh dan Prasanta. Merka berdiam di kediaman paman Raden Panji, Ki Demang Kuning pemimpin Kademangan Kuning Ditengah perjalanan mereka bertemu Ki Tawang Alun, setelah menceritakan kejadian yang menimpa Raden Panji, maka Ki Tawang Alun beserta pengikutnya bersedia untuk membantunya.
Dilain tempat, Dewi Sekartaji beserta embannya diterima oleh Ki Cona Coni, tumenggung dari Desa Palu Ombo dan mengangkatnya sebagai anak angkatnya untuk membantu penyamarannya. Namun jika Dewata berkehendak, suatu saat dalam rangka pencahariannya Joko Kembang Kuning menjadi pengamen Tembang Kentrung sampailah ia di Katemanggungan Palu Ombo dan tak disengaja bertemu dengan Dewi Sekartaji yang sedang menyamar juga. Akhirnya mereka saling melepas kerinduan.
Maka setelah pertemuan singkat itu, maka Joko Kembang kuning segara mengutus Ki Tawang Alun untuk ke Pangleburan, Keraton Kediri dan memberitahukan Naladerma (adik Raja Kediri) bahwa Dewi Sekartaji sudah diketemukan oleh Joko Kembang Kuning. Namun disaat bersamaan di Keraton ada utusan dari Nagariseberang, Namun disaat yang sama pula, Retna Tegaran adik Prabu Klana yang mebawa mahar untuk meminang Dewi Sekartaji melalui perantara Retna Mindaka. Namun, mahar pernikahan ditolak oleh , karena bukan mahar yang diinginkan, namun diketemukannya Dwi Sekartaji. Akhirnya terjadi pertempuran hebat antara Retna Mindaka dengan Retna Tegaron utusan dari Nagariseberang di Pangleburan.
Di lain tempat Ki Tawang Alun yang sedang dalam perjalanan menuju Kediri akhirnya diketahui maksud kedatangannya oleh utusan pihak Raja Kelana, yakni Patih Kebo Lorodan ketika dalam perkelahian ia melihat Ki Demang Kuning dan Tumenggung Cona Coni bersama Ki Tawang Alun.
Raja Kelana melakukan kelicikan dengan segara menghadap Raja Kediri dana akan mengatakan kalau ia telah menemukan Dewi Sekartaji. Akhirnya terjadilah perang tanding di hadapan Raja Kediri, Raja Kelana melawan Patih Aryadeksa dan Ki Tawang Alun. Keributan itu menyusut menjadi duel antara Ki Tawang Alun, sebagai wakil dari Joko Kembang kuning dengan Patih Kebo Lorodan dari pihak Raja Kelana.
Jauh di Kademangan Kuning, Joko Kembang Kuning mendengar kabar bahwa lamarannya telah diterima, namun di tengah perjalanan ia mendapat laporan kalau terjadi pertempuran antara pihaknya dengan Nagarisebrang. Maka ia bergegas menuju Alun-Alun Kediri untuk membela pendukungnya.
Maka begitu sampai di
Dalam pertempuran itu akhirnya Patih Kebo Lorodan harus tewas di tangan Joko Kembang Kuning, dengan disaksiakan para punggawa Kediri, Raja Kediri, Dewi Kilisuci, Patih Arya Deksa, Tumenggung Cona Coni, dan Ki Demung Kuning. Mendengar kejadian itu, marahlah Raja Kelana dan bersumpah akan menyerang
Gandarepa sebagai putra dari Raja Kediri memimpin wadyabala
Sementara di Keraton
Suatu malam, masih dalam suasana pertempuran Raja Kelana dirias oleh Retna Tengaron seperti Gandarepa agar mudah masuk ke Kebon Pungkuran untuk menculik Dewi Sekartaji. Namun, Dewi Sekartaji tahu bahwa yang datang bukanlah Gendarepa yang asli, karena dilihat dari sikap dan bau tubuhnya. Maka gagalah penyamaran Raja Kelana untuk menculiknya.
Perang sengit terus berlanjut dengan antara
Akhirnya selesailah penyamaran sepasang kekasih tersebut. Pernikahan segera disiapkan. Dewi Kilisuci menjadi dukun pernikahan mereka berdua. Dewi Sekartaji begitu anggun tanpa menggunakan mahkota, melainkan hanya dengan rambut terurai berseling melati-melati merekah di sela rambut hitamnya.
Namun, pada gulungan keempat sayngnya tidak boleh dibuka sesuai dengan pesan dari para pendahulunya. Dalam adegan ini menurut Prof. Dr.Primadi Tabrani (bedasarkan salinan milik Mangkunegara VII) diceritakan tentang pernikahan kedua mempelai, kemudian digambarkan pula Dewi Sekartaji menggendong naga, yang menjadi simol kehamilannya, lalu akhirnya Dewi Sekartaji diboyong ke Jenggala. Mereka pun hidup bahagia.
4.05.2011
CERITA PANJI
Namun satu setengah abad sebelum para pujangga keraton menceritakannya dalam syair-syair. Cerita Panji bisa dikatakan sebagai cerita roman sekelas Romeo and Julietnya Shakespeare. Dimana mengambil latar waktu pada masa kerajaan Jenggala Manik dan Kediri berdiri. Musuh utamanya tentunya para raja-raja di tanah seberang yang sering diberi julukan depan Klana.
Kerennya tentang cerita Panji ini adalah, sempat booming pada masa Majapahit menguasai nusantara. Jadi jangan heran kalau adayang membaca cerita Panji, diketemukan lakon atau latar di negara-negara Indochina bahkan sampai Filipina dan India, karena menurut liteatur yang pernah saya baca bahwa cerita itu juga sekaligus alat pemersatu nusantara pada jaman majapahit.
Untuk di Thailand sendiri cerita ini bernama Inao, alias Inu Kertapati yang hidup pada masa setelah dipecahnya kerajaan Kahuripan, yaitu Jenggala dan Kediri. Sama juga di daerah Kalimantan, Makasar, dan Bali mereka punya penyebutan sendiri-sendiri, tapi berkiblat pada cerita-cerita panji asal masa Kediri-Jenggala. Makanya di Bali ada tarian Panji Semirang. Ada yang mengatakan kalau Panji itu tidak hanya satu orang. Namun yang lainnya mengatakan satu orang.
Inilah salah satu kekayaan nusantara. Roman tentang Panji menjadi cerita rakyat diseluruh nusantara pada jamannya. Jadi seain kisah-kisah dari epos Mahabarata dan Ramayana, nusantara memiliki satu kisah original yaitu, Panji. Kemudian bukti kalau cerita panji menyebar di seluruh daratan Jawa dan Bali. Seperti yang saya katakan di atas, kita melihat Tari Topeng Cirebon, Indramayu, Yogyakarta, Solo, sampai Malang, lanjut ke Bali, semua bersumber pada cerita Panji. Dari mulai berbentuk wayang beber, hingga klithik. Wahhh… Tentunya nusantara sangat kaya sekali akan potensi budaya yang ada, hanya tinggal kita yang masih ingin melestarikan atau tidak. Cheers!
4.01.2011
GUNUNGSARI, Pangeran Pesolek Asli Kediri
(tentunya masih pada ingat semua tentang bab kerajaan Hindu-Budha di Nusantara ketika masih di sekolah dulu dong). Memiliki pasangan bernama
Minggu, 27 Maret 2011 yang lalu kebetulan saya diberi kesempatan untuk menjalankan amat menari di Bangsal Sri Manganti Keraton Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat. Kemudian tarian yang akansaya tarikan adalah Klana Topeng Alus Gunungsari. Sebuah tanggung jawab besar dan kehormatan jika dapat menari di dalam tembok keraton. Sebagai seorang yang masih dibilang awam tentang tarian, tentunya saya agak sedikit deg-degan. Apalagi saya baru resmi merampugkan pelajaran saya sebulan yang lalu. Itupun masih dalam tingkatan hapalan, belum masuk ke tekhnik bahkan penghayatan. Jadi masih bisa dikatakan kalau saya menari masih dalam tahap isa jogedan.
Ada yang masih menjadi tanda tanya besar bagi saya mengapa hampir disetiap tarian jawa tidak lakon pria atau wanita mereka kebanyakan melakukan apa yang dinamakan Beksan Muryani Busana atau bahasa sekarang merias diri, kalau tarian kakung (tari untuk Laki-laki) biasanya dimulai dengan teplak asta alias tepuk tangan, kemudian atrap jamang, miwir rikma, miwir boro dan masih banyak lagi. Itu belum yang untuk tari putrinya lho… Makanya saya memberi judul Gunungsari, Pangeran Pesolek Asli Kediri, hampir semua gerak tarian ia merias diri dan
Nahhh… ini adalah foto-foto saya hasil bidikan Echa rekan saya, ketika malakukan tarian. Enjoy it…!
Thus, I want to say Thank you to My Lord, Mas Alin, Ibu Tiyah, Pak Toro, dan Pak Suprih sebagai pembina secara langsung dan tidak langsung, kemudian Mas Papang beserta teman-teman wiyaga yang tidak bisa saya sebutkan satu-satu, Keluarga besar Pujokusuman dan Yayasan Pamulangan Beksa Sasminta Mardawa, pihak Keraton Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat, juga M. Ersa Adiprasetya sebagai fotografernya. Thank you all
Tips Wisata Ziarah Kotagede-Imogiri
My Journeys :
Gunungsari
Pangeran Pesolek Asli Kediri
TIPS WISATA ZIARAH IMOGIRI-KOTAGEDE
Pemakaman Imogiri dan kotagede memiliki peraturan yang sama dalam masalah seragam resmi berziarah, yaitu: baju peranakan, kain batik, dan blangkon. Untuk baju peranakan berbahan kain lurik bercorak biru dan hitam, biasa dipakai oleh abdidalem Keraton Yogyakarta. Dengan kain batik selain bercorak Larangan, Seperti Parang Barong dan Kawung. Sebaiknya kain diwiru ganjil dengan ukuran lebar, selebar 3 jari. Terakhir blangkon dengan bentuk design Kagok Mataram. Bagi yang tidak mau repot, akan disediakan penyewaan baju dengan biaya sewa sebesar Rp 10.000,00.
Bagi wanita harus menggunakan semacam basahan yang terdiri dari kain batik, dan kemben serta bagi yang berambut panjang harus disanggul. Untuk yang menggunakan jilbab, tidak perlu khawatir. Kemarin saya melihat ada peziarah yang menggunakan bawahan basahan dengan jilbab di kepala serta daerah dada sampai leher ditutup dengan kain tambahan yang fungsinya seperti pashmina, jadi aurat tetap tidak terlihat.