4.28.2011

DARI SUNYARAGI BISA KE MEKAH


Itu kata penduduk yang menjaga Sunyaragi(deng… saya lupa menanyakan arti sunya ragi, cari di internet aja ya pembaca-PR amat yah?!), ya kalau fungsinya untuk tempat orang bermeditasi juga menyendiri. Kalau istilah jawanya; semedi, kalau dalam istilah Islam; tafakkur, dzikir, atau khalwat. Juga ada tempat penempaan senjata, juga rekreasi keluarga Sultan.
Awal saya kemari tidak lain adalah rangkaian acara rekreasi keluarga Cosmomen 2010 sekaligus acara pemotretan, kerenannya photoshoot. Dengan saktinya rekan saya, Bang Johan mendapat ijin untuk melakukan pemotretan disini dengan diberikan surat keputusan langsung dari Sultan Kasepuhan Cirebon untuk mengijinkan kami melakukan pemotretan di tempat tersebut. Lengkap dibubuhi segel kerajaan.
Sunyaragi yang saat ini menjadi milik Keraton Kasepuhan Cirebon itu, memiliki banyak gua. Saya langsung saja ceritakan beberapa gua yang memiliki niliai historis sampai ke mistis ya. Bisa dibilang, memang walau letaknya di daerah kawasan padat penduduk, tapi kesan wingitnya masih terasa.
Gua Pawon, secara bahasa artinya Gua Dapur. Nah dikasih nama seperti itu bukan berarti para abdi dalem masak disitu. Tapi Gua Pawon difungsikan sebagai tempat pengiriman makanan beserta lauk-pauk(kalau saya boleh bilang sekarang mungkin sesajen) ke pemakaman Sunan Gunungjati. Canggih juga ya teknologi jaman dulu, nama ajiannya saya lupa, apalagi mantranya. Jadi teknologinya sudah setara dengan film-film Starwars, orang dengan mudahnya mengirim barang dengan seeanaknya.
Ada cerita yang begitu menggugah nurani di Gua Pawon, yaitu pada suatu hari di bulan Ramadhan ada sepasang kekasih yang melakukan hubungan suami-istri disana. Alhasil, mereka kena dempet alias (sorry) ’belakang’ sama ‘depan’ ga bisa lepas-lepas. Akhirnya mereka diarak menuju kantor kelurahan oleh warga, kemudian dipisahkan oleh ‘orang pintar’.
Tidak tahu juga alasan mereka sampai mau melakukan hubungan suami istri di tempat se’horor’ itu. Pengen dikata biar eksotis… tepok jidat.
***

CIREBON… I’m Melting!


Perjalanan saya kali ini tidak seorang diri, tapi ditemani oleh teman-teman finalis Cosmomen 2010 yang seklaigus juga momen reunion dan pemotretan. Jadi ada pengalaman yang beda ketika saya backpacking sendirian. Mulai dari konvoi dengan empat mobil Jakarta-Cirebon, misleg gara-gara mobil yang ditumpangi beda dengan yang dijanjikan, sampai ledakan bom di Kalpolres Cirebon.
Sementara di Cirebon heboh dengan goyangan bomnya. Kami baru sampai di Cikampek, tepatnya rumah makan Cahaya Paris. Entah mengapa si owner memberi nama seperti itu. Kebetulan Mbak Fira Basuki sempat menulis novel yang berjudul Paris Pandora. Kebetulan? Maybe...
Jalan Panembahan, Trusmi menjadi tujuan kami disana. Trusmi, apa sih yang tidak terkenal selain batiknya, dan Cirebon khas dengan motif Mega Mendung yang berwarna cerah, yang menjadi ciri khas batik-batik produksi daerah pesisir utara Pulau Jawa.
Beruntungnya kami karena salah seorang finalis Cosmomen berasal dari Cirebon, men’s thingnya: membatik. Kang Johan sang juragan batik namanya, memiliki label Rajjas Batik, langsung menyambut kami di kediamannya. Shock! Disana seperti orang mau ngadain acara tunangan; kursinya diatur rapih, prasmanan dijejer, dan ada tukang tahu gejrot seabangnya.
Tambah lagi kuliah singkat pembuatan batik langsung di pabriknya. Selama saya belajar batik, baru sekarang saya melihat wajan buat canting diganti wajan buat cap. Terus posisinya teratur, biasanya kalau di Jogja pakai wajan canting, event para mbak-mbak pembatik duduknya mengitari si wajan dan kompor, suka ga teratur. Tapi disini beda, karena si wajan gede kaya buat goreng martabak, makanya mereka bisa duduk teratur kalau diliat dari atas kaya bunga.
Terus acara ramah tamah dengan keluarga Kang Johan. Susah ya punya nafsu makan tinggi juga doyan kuliner. Bayangkan! Dari ujung ke ujung makanaaannn semua, saya jabarin: aqua gelas, buah-buah segar (apelnya saya plastikin buat di kamar pas pulang), tape bugkus daun jambu, nasi lengko, es sirup campolay rasa pisang susu yang warnanya pink, terakhir tahu gejrot se pikulan dan abangnya. Oh tadi ada kerupuk kulit alias krecek yang diameternya 10 sentian. (saya yang menulis mendadak laper lagi).
Waktu sudah menunjukan kami harus check in. sebelum pindah masing-masing mendapat hadiah berupa kemeja batik. Thank you Bang Johan. Kalimat doa menjulur keluar dari setiap bibir. Intinya doain biar usahanya tetep lancer. Amin…
Puyi Takoyaki, owner masih sama; Kang Johan. Restoran yang menyajikan menu masakan jepang dan bukan abal-abal. Parah, melihat designnya saya sendiri merasa seperti di bilangan Dyanapura, Bali, , kebetulan butik sebelah juga miliknyaaa… Kang Johan lagi. (salut bener buat Kang Johan).
Sini-sini, saya ceritakan: baby octopusnya disiram saus merah hmmm… lembut begitu di mulut, rumput laut bertabur wijen yang nyesss… di lidah, ochanya dong panas dan segar (yang sering ke restoran jepang pastinya ngerti dong mana ocha yang segar dan yang tidak), shabu-shabunya… alamak… jamur shitakenya…, sandung lamurnya…, mie kedelainya… sampai saya yang sedang menulis,ngiler ingin lagi ke sana. Thank you Kang Johan.
***

KATAMAN

Maka selesailah satu rangkaian dari beberapa untaian yang harus saya gali dan pelajari dari perjalanan seorang Panji, Ada rasa puas tersendiri di diri saya setidaknya saya tidak begitu buta dalam membawakan perawakan tokoh-tokoh dalam setiap tarian saya (tentunya yang berkaiatan dengan cerita Panji dong). Matahari tergelincir sudah. Setia Darma sebentar lagi sudah harus selesai beraktifitas pada pukul empat sore. Saya dan Bratma mohon diri kepada Mas Andang yang menemani kami selama kami berada di area Setia Darma.

Alhamdulillah-nya saya masih diberi kesempatan untuk mampir lagi ke Bali sendiri. Sekedar untuk main-main juga saya sempatkan ke Setia Darma. Suasana yang masih sama seperti ketika dulu saya berkunujung pertama kali. Saya juga diberi kesempatan untuk bertemu langsung dengan Pak Prayit. Namun, untuk kunjungan yang terakhir saya salut uat Mas Andang yang dia menggunakan salah satu pendopo kecil dikomplek itu untuk tempat belajar bagi anak-anak di sekitar Setia Darma.

Akhirnya, mengejar cerita Panji di Bali saya cukupkan, walau masih mungkin banyak yang tersimpan dalam lembaran-lembaran lomtar yang bersemayam pada puri-puri di penjuru Bali.
Sekedar ingin ikut-ikut tradisi para pujangga keraton; kalau nulis karya terus belakangnya dibubuhi tanggal penyelesaian. Karangan ini berakhir pada tanggal;

Senin , 25 April 2011,
Senin, 22 Jumadal Ula 1432 H,
Wage, 22 Jumadil Awal 1944 Be.

4.20.2011

JOKO KEMBANG KUNING (EPISODE IV)

Kediri dengan segala kesejahteraanya yang diturunkan oleh para Hyang yang bermukim di Mahameru. Raja yang dianugrahi puteri cantik bernama Dewi Sekartaji. Memiliki kekasih bernama Panji Asmarabangun dari Jenggala Manik. Namun sayang, Prabu Klana dari Nagarisebrang juga ingin melamarnya. Maka, untuk memelihara cintanya yang murni. Dewi Sekartaji kabur meninggalkan Kaputren.

Kabar hilangnya Dewi Sekartaji tersebar hingga keluar dari tembok kedaton. Seluruh punggawa dan teliksandi kerajaan dikerahkan, begitupun dengan Raden Gunungsari adiknya tidak mau tinggal diam sementara kakaknya menghilang dari kedaton. Lama dicari hingga akhirnya wakil raja, Patih Aryadeksa memutuskan untuk mengadakan sayembara bahwa siapa saja yang mampu menemukan kembali Dewi Sekartaji, apabila ia pria maka akan dinikahkannya, dan apabila perempuan akan diangkat menjadi saudaranya. Berita sayembara tersebar keseluruh nusantara, maka tentunya Raden Panji Asmarabangun juga Prabu Klana ikut serta dalam sayembara itu.

Lalu diceritakan Raden Panji Asmarabangun menyamar sebagai rakyat dengan nama Joko Kembang Kuning, begitupun kedua punakawannya; Jarodheh dan Prasanta. Merka berdiam di kediaman paman Raden Panji, Ki Demang Kuning pemimpin Kademangan Kuning Ditengah perjalanan mereka bertemu Ki Tawang Alun, setelah menceritakan kejadian yang menimpa Raden Panji, maka Ki Tawang Alun beserta pengikutnya bersedia untuk membantunya.

Dilain tempat, Dewi Sekartaji beserta embannya diterima oleh Ki Cona Coni, tumenggung dari Desa Palu Ombo dan mengangkatnya sebagai anak angkatnya untuk membantu penyamarannya. Namun jika Dewata berkehendak, suatu saat dalam rangka pencahariannya Joko Kembang Kuning menjadi pengamen Tembang Kentrung sampailah ia di Katemanggungan Palu Ombo dan tak disengaja bertemu dengan Dewi Sekartaji yang sedang menyamar juga. Akhirnya mereka saling melepas kerinduan.

Maka setelah pertemuan singkat itu, maka Joko Kembang kuning segara mengutus Ki Tawang Alun untuk ke Pangleburan, Keraton Kediri dan memberitahukan Naladerma (adik Raja Kediri) bahwa Dewi Sekartaji sudah diketemukan oleh Joko Kembang Kuning. Namun disaat bersamaan di Keraton ada utusan dari Nagariseberang, Namun disaat yang sama pula, Retna Tegaran adik Prabu Klana yang mebawa mahar untuk meminang Dewi Sekartaji melalui perantara Retna Mindaka. Namun, mahar pernikahan ditolak oleh , karena bukan mahar yang diinginkan, namun diketemukannya Dwi Sekartaji. Akhirnya terjadi pertempuran hebat antara Retna Mindaka dengan Retna Tegaron utusan dari Nagariseberang di Pangleburan.

Di lain tempat Ki Tawang Alun yang sedang dalam perjalanan menuju Kediri akhirnya diketahui maksud kedatangannya oleh utusan pihak Raja Kelana, yakni Patih Kebo Lorodan ketika dalam perkelahian ia melihat Ki Demang Kuning dan Tumenggung Cona Coni bersama Ki Tawang Alun.

Raja Kelana melakukan kelicikan dengan segara menghadap Raja Kediri dana akan mengatakan kalau ia telah menemukan Dewi Sekartaji. Akhirnya terjadilah perang tanding di hadapan Raja Kediri, Raja Kelana melawan Patih Aryadeksa dan Ki Tawang Alun. Keributan itu menyusut menjadi duel antara Ki Tawang Alun, sebagai wakil dari Joko Kembang kuning dengan Patih Kebo Lorodan dari pihak Raja Kelana.

Jauh di Kademangan Kuning, Joko Kembang Kuning mendengar kabar bahwa lamarannya telah diterima, namun di tengah perjalanan ia mendapat laporan kalau terjadi pertempuran antara pihaknya dengan Nagarisebrang. Maka ia bergegas menuju Alun-Alun Kediri untuk membela pendukungnya.

Maka begitu sampai di medan laga, Joko Kembang Kuning segara ikut dalam pertempuran, menggantikan Ki Tawang Alun melawan Patih Kebo Lorodan. Ki Tawang Alun sendiri pun harus mundur dari medan pertempuran dibantu oleh Naladerma karena terluka dalam duelnya dengan Patih Kebo Lorodan dan Ki Tawang Alun harus dirawat oleh Ni Cona Coni.

Dalam pertempuran itu akhirnya Patih Kebo Lorodan harus tewas di tangan Joko Kembang Kuning, dengan disaksiakan para punggawa Kediri, Raja Kediri, Dewi Kilisuci, Patih Arya Deksa, Tumenggung Cona Coni, dan Ki Demung Kuning. Mendengar kejadian itu, marahlah Raja Kelana dan bersumpah akan menyerang Kediri dan merebut Dewi Sekartaji untuk dijadikan istrinya.

Gandarepa sebagai putra dari Raja Kediri memimpin wadyabala Kediri dibantu oleh Joko Kembang Kuning, Naladerma, dan Ki Demang Kuning untuk melawan bala tentara Raja Kelana.

Sementara di Keraton Kediri, Raja Kediri mengutus Senapati Sedahrama dan ke Palu Ombo untuk menyampaikan kepada Tumenggung Cona Coni agar Dewi Sekartaji pulang ke Keraton Kediri. Raja Kediri juga mengirim keris pusaka kepada Ki Tawang Alun sebagai tanda terima kasih karena pengorbanannya dalam pertempuran di alun-alun Kediri.

Suatu malam, masih dalam suasana pertempuran Raja Kelana dirias oleh Retna Tengaron seperti Gandarepa agar mudah masuk ke Kebon Pungkuran untuk menculik Dewi Sekartaji. Namun, Dewi Sekartaji tahu bahwa yang datang bukanlah Gendarepa yang asli, karena dilihat dari sikap dan bau tubuhnya. Maka gagalah penyamaran Raja Kelana untuk menculiknya.

Perang sengit terus berlanjut dengan antara Kediri dan Nagarisebrang. Kediri yang dipimpin oleh Pangeran Gandarepa dan Joko Kembang Kuning, dan Nagarisebrang dipimpin oleh Raja Kelana. Banyak korban berjatuhan dari kedua belah pihak. Namun pada akhirnya, tewaslah Raja Kelana karena kelalimannya dalam pertempuran. Begitu banyak rampasan perang yang didapat mulai dari harta benda, senjata-senjata , kuda-kuda, dan para dayang dan emban kemudian diboyong ke Keraton.

Akhirnya selesailah penyamaran sepasang kekasih tersebut. Pernikahan segera disiapkan. Dewi Kilisuci menjadi dukun pernikahan mereka berdua. Dewi Sekartaji begitu anggun tanpa menggunakan mahkota, melainkan hanya dengan rambut terurai berseling melati-melati merekah di sela rambut hitamnya.

Namun, pada gulungan keempat sayngnya tidak boleh dibuka sesuai dengan pesan dari para pendahulunya. Dalam adegan ini menurut Prof. Dr.Primadi Tabrani (bedasarkan salinan milik Mangkunegara VII) diceritakan tentang pernikahan kedua mempelai, kemudian digambarkan pula Dewi Sekartaji menggendong naga, yang menjadi simol kehamilannya, lalu akhirnya Dewi Sekartaji diboyong ke Jenggala. Mereka pun hidup bahagia.

banyankalpataru.blogspot.com mengucapkan


Selamat dan Sukses
KONGRES NASIONAL I
Sekretariat Nasional Perkerisan Indonesia
(SNKI)

Surakarta, 19-21 April 2011


4.05.2011

CERITA PANJI

Banyak sekali serat-serat yang menceritakan kisahnya. Mulai dari Keraton Yogyakarta sampai Kasunanan Surakarta. Memang harus diakui kalau sampai saat ini lebih banyak pujangga Keraton Surakarta yang aktif menulis serat-serat yang mengangkat tema cerita Panji, seperti Yasadipura serta cucunya R. Ranggawarsita. Untuk menikmatinya teman pembaca dapat berkunjung ke perpustakaan daerah. Memang diakui ceritanya sangat merinci sampai terkadang bisa membosankan.

Namun satu setengah abad sebelum para pujangga keraton menceritakannya dalam syair-syair. Cerita Panji bisa dikatakan sebagai cerita roman sekelas Romeo and Julietnya Shakespeare. Dimana mengambil latar waktu pada masa kerajaan Jenggala Manik dan Kediri berdiri. Musuh utamanya tentunya para raja-raja di tanah seberang yang sering diberi julukan depan Klana.

Kerennya tentang cerita Panji ini adalah, sempat booming pada masa Majapahit menguasai nusantara. Jadi jangan heran kalau adayang membaca cerita Panji, diketemukan lakon atau latar di negara-negara Indochina bahkan sampai Filipina dan India, karena menurut liteatur yang pernah saya baca bahwa cerita itu juga sekaligus alat pemersatu nusantara pada jaman majapahit.

Untuk di Thailand sendiri cerita ini bernama Inao, alias Inu Kertapati yang hidup pada masa setelah dipecahnya kerajaan Kahuripan, yaitu Jenggala dan Kediri. Sama juga di daerah Kalimantan, Makasar, dan Bali mereka punya penyebutan sendiri-sendiri, tapi berkiblat pada cerita-cerita panji asal masa Kediri-Jenggala. Makanya di Bali ada tarian Panji Semirang. Ada yang mengatakan kalau Panji itu tidak hanya satu orang. Namun yang lainnya mengatakan satu orang.

Inilah salah satu kekayaan nusantara. Roman tentang Panji menjadi cerita rakyat diseluruh nusantara pada jamannya. Jadi seain kisah-kisah dari epos Mahabarata dan Ramayana, nusantara memiliki satu kisah original yaitu, Panji. Kemudian bukti kalau cerita panji menyebar di seluruh daratan Jawa dan Bali. Seperti yang saya katakan di atas, kita melihat Tari Topeng Cirebon, Indramayu, Yogyakarta, Solo, sampai Malang, lanjut ke Bali, semua bersumber pada cerita Panji. Dari mulai berbentuk wayang beber, hingga klithik. Wahhh… Tentunya nusantara sangat kaya sekali akan potensi budaya yang ada, hanya tinggal kita yang masih ingin melestarikan atau tidak. Cheers!

4.01.2011

GUNUNGSARI, Pangeran Pesolek Asli Kediri

Jangan kira Gunungsari adalah nama tempat atau makanan tradisional seperti jajanan pasar. Tapi ini adalah tokoh dalam cerita Panji. Ia adalah seorang pangeran dari kerajaan KediriDewi Ragil Kuning, dan ia adik dari Dewi Sekartaji.
(tentunya masih pada ingat semua tentang bab kerajaan Hindu-Budha di Nusantara ketika masih di sekolah dulu dong). Memiliki pasangan bernama


Minggu, 27 Maret 2011 yang lalu kebetulan saya diberi kesempatan untuk menjalankan amat menari di Bangsal Sri Manganti Keraton Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat. Kemudian tarian yang akansaya tarikan adalah Klana Topeng Alus Gunungsari. Sebuah tanggung jawab besar dan kehormatan jika dapat menari di dalam tembok keraton. Sebagai seorang yang masih dibilang awam tentang tarian, tentunya saya agak sedikit deg-degan. Apalagi saya baru resmi merampugkan pelajaran saya sebulan yang lalu. Itupun masih dalam tingkatan hapalan, belum masuk ke tekhnik bahkan penghayatan. Jadi masih bisa dikatakan kalau saya menari masih dalam tahap isa jogedan.


Ada yang masih menjadi tanda tanya besar bagi saya mengapa hampir disetiap tarian jawa tidak lakon pria atau wanita mereka kebanyakan melakukan apa yang dinamakan Beksan Muryani Busana atau bahasa sekarang merias diri, kalau tarian kakung (tari untuk Laki-laki) biasanya dimulai dengan teplak asta alias tepuk tangan, kemudian atrap jamang, miwir rikma, miwir boro dan masih banyak lagi. Itu belum yang untuk tari putrinya lho… Makanya saya memberi judul Gunungsari, Pangeran Pesolek Asli Kediri, hampir semua gerak tarian ia merias diri dan Kediri memang dikisahkan ia sebagai pangeran Kediri.

Nahhh… ini adalah foto-foto saya hasil bidikan Echa rekan saya, ketika malakukan tarian. Enjoy it…!







Thus, I want to say Thank you to My Lord, Mas Alin, Ibu Tiyah, Pak Toro, dan Pak Suprih sebagai pembina secara langsung dan tidak langsung, kemudian Mas Papang beserta teman-teman wiyaga yang tidak bisa saya sebutkan satu-satu, Keluarga besar Pujokusuman dan Yayasan Pamulangan Beksa Sasminta Mardawa, pihak Keraton Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat, juga M. Ersa Adiprasetya sebagai fotografernya. Thank you all

Now In April

Culture and Tourism :

Tips Wisata Ziarah Kotagede-Imogiri

My Journeys :

Gunungsari
Pangeran Pesolek Asli Kediri


...and many more...




TIPS WISATA ZIARAH IMOGIRI-KOTAGEDE

Pertama adalah waktu berkunjung. Agar tidak kecelik maka kita harus tahu waktu bukanya, untuk di Imogiri dibuka hanya pada hari Senin pukul 10.00-12.00 dan Jumat pukul 13.00-15.00, dan Imogiri Senin, Kamis, dan Minggu Pukul 10.00-13.00 dan Jumat pukul 13.00-16.00, serta pada bulan Ramadhan, pemakaman akan ditutup untuk sebulan penuh.


Pemakaman Imogiri dan kotagede memiliki peraturan yang sama dalam masalah seragam resmi berziarah, yaitu: baju peranakan, kain batik, dan blangkon. Untuk baju peranakan berbahan kain lurik bercorak biru dan hitam, biasa dipakai oleh abdidalem Keraton Yogyakarta. Dengan kain batik selain bercorak Larangan, Seperti Parang Barong dan Kawung. Sebaiknya kain diwiru ganjil dengan ukuran lebar, selebar 3 jari. Terakhir blangkon dengan bentuk design Kagok Mataram. Bagi yang tidak mau repot, akan disediakan penyewaan baju dengan biaya sewa sebesar Rp 10.000,00.


Bagi wanita harus menggunakan semacam basahan yang terdiri dari kain batik, dan kemben serta bagi yang berambut panjang harus disanggul. Untuk yang menggunakan jilbab, tidak perlu khawatir. Kemarin saya melihat ada peziarah yang menggunakan bawahan basahan dengan jilbab di kepala serta daerah dada sampai leher ditutup dengan kain tambahan yang fungsinya seperti pashmina, jadi aurat tetap tidak terlihat.


Selanjutnya jangan lupa juga untuk mempersiapkan uang pecahan ribuan yang cukup karena di lapangan akan banyak sekali ‘kotak amal’. Seingat saya(baca; edisi maret: Imogiri, ‘Peristirahatan’ Berpeluk Kabut dan Pesareyan Kotagede, Setitik Keheningan dalam Kesibukan Jogja), untuk di Imogiri, terdapat sekitar lima belas wadah sumbangan, dan di Kotagede terdapat (kurang lebih) tujuh wadah sumbangan.