3.18.2011

Imogiri, 'Peristirahatan' Berpeluk Kabut



Imogiri, komplek pemakaman Raja-Raja Mataram, bersemayam kokoh diatas perbukitan di selatan Kota Yogyakarta. Imogiri yang berarti gunung berkabut, memang saya menyaksikannya sendiri, bagaimana kabut mengelilinginya. Panorama yang tidak dapat saya lukiskan.


Awalnya saya ditawari untuk naik melalui sisi terdekat dari komplek pemakaman, tapi saya menolak, dengan alasan ingin napak tilas, juga menikmati segala keindahan yang disuguhkan dari bukit ini. Memang untuk memasuki komplek pemakaman terdapat dua akses. Pertama, melalui jalur konvensional, yaitu benar-benar merasakan jerih payah dalam mendaki ratusan anak tangga yang tergelar menuju ke komplek pemakaman. Atau jalur alternatif yang kendaraan dapat langsung parkir disebelah komplek pemakaman. Biasanya jalur ini juga sering digunakan oleh peziarah yang sudah lanjut usia.


Udara yang sejuk dan ditemani kicauan bermacam jenis burung-burung hutan (karena bukit ini juga dilindungi ekosistemnya oleh Kementrian Kehutanan), menemani saya yang sedang mendaki, sehingga sampai ke pemakaman tanpa terasa. Yang saya rasakan, ketika ingin berganti baju peranakan (baju dinas terbuat dari kain lurik biru berselang hitam yang biasa dipakai oleh abdidalem Kraton Yogyakarta, yang konon merupakan baju kesukaan Sunan Kalijaga), keringat keluar deras tanpa henti, sampai beberapa saat saya harus mengkipasi tubuh saya. Saya jadi sempat berpikir kalau tangga-tangga itu bisa menjadi alternatif untuk latihan cardio, alias pas buat yang ingin membakar kalori.

Pemandangan dari Imogiri

Memasuki bilik pertama atau yang sering disebut bangsal kasultanagungan yang menjadi tempat peristirahatan terakhir Sultan Agung (1593-1645) yang dijaga oleh abdidalem dari dua istana, Yogyakarta dan Surakarta. Disana sangat pantas untuk me-recharge semangat hidup seperti bagaimana perjuangan beliau memperjuangkan tanah Jawa lepas dari cengkraman Kolonial.


Bagi saya tentang perjalanan hidup Sultan Agung yang menarik adalah ketika beliau tetap gigih sampai ‘titik nol’ dan pelajaran nothing impossible at the future, ketika harus mendapati lumbung perbekalan di bakar oleh pihak VOC, sehingga banyak prajurit yang tewas akibat kekurangan perbekalan, dan beliau membalasnya dengan melemparkan mayat-mayat korban perang kedalam sungai-sungai yang melewati Batavia, sehingga disana muncul wabah kolera yang bahkan Gubernur Jendral VOC saat itu J.P. Coen harus meninggal dalam wabah itu. Jadi dapat dikabilang kalau perang merebut Batavia, Mataram tidak kalah telak alias zero-zero.


Persis di samping makam beliau terdapat lantai yang mengeluarkan aroma wangi. Wanginya seperti wangi mawar segar, tapi tidak membuat pusing, tadinya saya sempat tidak begitu percaya tapi kenyataannya memang seperti itu. Dipercaya bahwa di lantai itulah jasad beliau disemayamkan, guna mengecoh bagi siapa saja yang ingin membongkar makam tersebut, dan memang saya akui memang wangi. Bangsal tersebut di makamkan juga permaisuri beliau Ratu Batang dan cucu beliau Amangkurat Amral dan Amangkurat Mas. Jadi saya sempatkan juga menziarahi beliau-beliau.


Berikutnya saya menziarahi tiga raja-raja terakhir Keraton Yogyakarta, yakni; Hamengku Buawana VII, VIII, dan IX. Pada masa Hamengku Buwana VIII lah tari jawa klasik gaya Yogyakarta mengalami ‘masa keemasannya’. Beliau mengijinkan tarian diajarkan diluar tembok keraton, pakem-pakem diperjelas, pembuatan kostum yang kemudian dibakukan, dan masih banyak lagi.


Kalau Sri Sultan Hamengku Buwana IX tidak diragukan lagi ketenarannya. Banyak sekali jasa-jasa beliau yang masih dapat kita kenang hingga saat ini. Menjadi wakil presiden pada masa Presiden Suharto, Menjadi Menteri Pertahanan dan Keamanan, Beliau juga yang mencetuskan masuknya Yogyakarta sebagai bagian dari Republik Indonesia.


Memang butuh tenaga ekstra untuk menziarahi seluruh makam tersebut, karena selain memang harus menghadapi medan yang tinggi, namun juga siap uang pecahan yang digunakan untuk menyumbang dana pengabdian para abdi dalem. Karena hampir disetiap tempat akan disediakan tempat untuk meletakan sumbangan tersebut.


Selanjutnya saya menziarahi almarhum Pakubuwana I dan Amangkurat Jawi. Makam beliau-beliau ini masih dijaga oleh para abdidalem dari dua keraton. Uniknya begitu saya mau berziarah, ternyata pintunya dikunci oleh dua gembok tua (yang bentuk gemuk, dan kuncinya sebesar jempol orang dewasa), jadi ketika saya harus masuk ada abdidalem dari keraton Jogja dan Solo yang mendampingi saya.


Begitu memasuki bilik pusara Pakubuwana I, yang kuncinya dipegang oleh abdidalem asal keraton Jogja. Suasana yang hampir sama dengan makam-makam yang lain, ditutupi kelambu, dan sumber sinar berasal dari sebatang lilin. Selesai berziarah, saya menuju senthong(bilik atau kamar tengah di dalam rumah adapt jawa) tempat pusara Amangkurat Jawi berada, dan saya pun berziarah disana.


Setelah itu saya mengakhiri perjalanan ziarah saya di Pajimatan Imogiri ini dengan membaca qasidah penutup yang diciptakan oleh seorang ulama dari Hadramaut, yang intinya mendoakan akan kebahagian bagi mereka yang kita ziarahi. Ada kepuasan tersendiri dalam diri saya bisa meluangkan waktu untuk mengunjungi Imogiri dan ajimumpung saya masih di Jogja, makanya sayang sekali untuk dilewatkan.


Selama berziarah saya tidak sendiri, ada beberapa kelompok dari wisatawan asing dan pegawai Sekolah Polisi di daerah Banyubiru, dan mereka tetap harus menggunakan busana wajib untuk berziarah. Bagi saya melihat mereka terkesan unik, mungkin karena bukan pakaian dinas kesehariannya.



Begitu meninggalkan saya sempatkan untuk membeli ‘minuman sampah’ khas Imogiri atau yang dikenal sebagai Wedang Uwoh. Bukan berarti sampah beneran, tapi karena bahan bakunya yang mudah diperoleh di hutan sekitar makam, kalau digabungkan seperti segenggam sampah, tapi untuk masalah rasa tidak diragukan lagi bagi pecinta minuman herbal tradisional, rasa hangat segera menjalar ke seluruh tubuh.


2 comments:

  1. akhirny lo kasih tau juga blog lo be,, asikk ahhh isinya,, inspiratiff loh :)

    ReplyDelete
  2. Aaaaa... Sari thank you baru pertengahan kemarin launched, jadi terus minta sarannya ya... hehehe

    ReplyDelete